Pesona Wisata Bima, Nusa Tenggara Barat
Bima merupakan salah satu kota yang berada di provinsi Nusa Tenggara Barat. Bima memiliki pesona alam yang sangat memukau baik dari segi wisata alam, seni dan budaya, kuliner, religi dan masih banyak lagi.
Kekayaan alam bima banyak menyimpan potensi wisata alam yang mungkin belum banyak tersorot media online, dengan segala keindahan dan keunikannya, disini tim Wisata Hits akan berbagi cerita, pengalaman perjalanan serta keindahan alam untuk menjadi informasi awal bagi para pecinta wisata alam, seni dan budaya khususnya masyarakat Indonesia.
Untuk kesenian dan budaya, Kota Bima memiliki wisata budaya dengan kebudayaan Islam sebagai basisnya. Asi Mbojo (istana kesultanan), kuburan raja-raja dan para wali, permainan dan kesenian rakyat serta upacara keagamaan seperti perayaan maulud, U'a pua serta prosesi pelantikan raja dan lain-lain merupakan obyek dan eventyang sangat menarik.
Atraksi Gantao merupakan jenis tarian ini berasal dari Sulawesi Selatan dengan nama asli Kuntao. Namun di Bima diberi nama Gantao. Atraksi seni yang mirip pencak silat ini berkembang pesat sejak abad ke-16 Masehi. Karena pada saat itu hubungan antara kesultanan Bima dengan Gowa dan Makasar sangat erat. Atraksi ini dapat dikategorikan dalam seni Bela diri (silat), dan dalam setiap gerakan selalu mengikuti aturan musik tradisional Bima (Gendang, Gong, Tawa-tawa dan Sarone). Pada zaman dahulu setiap acara-acara di dalam lingkungan Istana Gantao selalu digelar dan menjadi ajang bertemunya para pendekar dari seluruh pelosok, hingga saat ini Gantao masih tetap lestari detengah-tengah masyarakat Bima dan selalu digelar pada acara sunatan maupun perkawinan).
Tari Wura Bongi Monca ini biasanya digelar pada acara-acara penyabutan tamu baik secara formal maupun informal. Pada masa kesultanan tarian ini biasa digelar untuk menyambut tamu-tamu sultan. Tarian ini dimainkan oleh 4 sampai 6 remaja putri dalam alunan gerakan yang lemah lembut disertai senyuman sambil menabur beras kuning kearah tamu, Karena dalam falsafah masyarakat Bima tamu adalah raja dan dapat membawa rezeki bagi rakyat dan negeri.
Lenggo Mbojo juga disebut Lenggo Siwe. Jenis Tari Lenggo terdiri dua jenis, yaitu Tari Lenggo Melayu dan Lenggo Mbojo. Lenggo Melayu juga dalam bahasa Bima disebut Lenggo Mone karena dibawakan oleh 4 orang remaja pria.
Tarian Lenggo selalu dipertunjukkan pada saat Upacara Adat Hanta UA PUA terutama pada saat rombongan penghulu Melayu mamasuki pelataran Istana.
Semua atraksi kesenian dan tari-tarian ini oleh Pemerintah Kota Bima selalu di gelar pada setiap perayaan hari-hari besar daerah, propinsi dan nasional bahkan untuk menyambut para tamu-tamu pemerintahan, wisatawan dan kegiatan-kegiatan ceremonial lainnya yang terpusat di Paruga Nae (tempat khusus pagelaran seni budaya dengan arsitektur khas tradisional rumah adat Bima).
Waktu yang tepat untuk mengambil Air Lontar adalah pada pagi hari dan sore hari, sementara produksi air lontar yang melimpah di Oi Mbo ini berlangsung dari bulan April hingga Agustus. Meminum air lontar yang segar adalah pada saat baru di ambil dari pohonnya. Disamping airnya, lontar memiliki banyak manfaat antara lain daunnya dapat digunakan sebagai bahan pembuat rokok, bahan Topi dan payung (Paju Longge) dalam upacara-upacara adat Bima dan buah lontar sangat gurih untuk dimakan.
Disamping itu, Jajanan dan Kue yang merupakan produksi lokal yang dihasilkan oleh para ibu rumah tangga, industri rumah tangga maupun perusahaan-perusahaan kue lokal juga banyak ditemukan dengan berbagai rasa, bentuk dan nama. Salah satu tempat yang menjadi pusat jajanan dan kuliner tradisional di Kota Bima adalah Kelurahan Penaraga, di tempat ini kita bisa langsung melihat mulai dari proses pembuatan sampai jajanan itu siap untuk di makan atau dijual dan bahkan kita bisa langsung membeli dan menikmati jajanan dan makanan lainya yang ada di Penaraga.
Pantai Amahami juga merupakan tempat tujuan bagi masyarakat Kota Bima untuk berwisata. Kawasan pantai ini ramai terutama pada sore dan malam hari, dengan berbagai aktifitas yang ada seperti pedagang kaki lima. Pantai ini berdekatan dengan Pantai Lawata atau berada sebelum Pantai Lawata dari arah Terminal Dara. Selain pantai-pantai tersebut, di kawasan pesisir Teluk Bima masih terdapat obyek-obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi, seperti Pantai Ule dan Pantai So Ati. Perjalanan dari pusat kota dengan menggunakan sepeda motor paling tidak membutuhkan waktu maksimal 10 menit. Di lokasi tersebut sekarang banyak tersedia makanan dan minuman yang terseduia untuk pengunjung Pantai Amahami.
Pantai Kalaki adalah pantai berpasir yang cukup landai, terletak di sebelah selatan kota Bima. Dari kota Bima, melewati Lawata menuju ke arah Lapangan Terbang Palibelo. Di Kalaki, pengunjung bisa bermain air laut yang dangkal, atau piknik sambil menikmati pemandangan laut teluk Bima. Pengunjung Pantai Kalaki umumnya berasal dari kota Bima dan dari kecamatan Woha dan Belo/Palibelo.
Jika air laut surut, pemandangan menjadi tidak sedap lagi karena air menjadi sangat jauh ke dalam sementara daratan yang ditinggalkannya tampak penuh batu yang berserakan. Pemda Kabupaten Bima yang menjadi “pemilik” pantai Kalaki tampak sudah melakukan beberapa “pembangunan” di pantai tersebut, berupa beberapa shelter yang bisa digunakan oleh pengunjung untuk berteduh dan duduk-duduk.
Kekayaan alam bima banyak menyimpan potensi wisata alam yang mungkin belum banyak tersorot media online, dengan segala keindahan dan keunikannya, disini tim Wisata Hits akan berbagi cerita, pengalaman perjalanan serta keindahan alam untuk menjadi informasi awal bagi para pecinta wisata alam, seni dan budaya khususnya masyarakat Indonesia.
Untuk kesenian dan budaya, Kota Bima memiliki wisata budaya dengan kebudayaan Islam sebagai basisnya. Asi Mbojo (istana kesultanan), kuburan raja-raja dan para wali, permainan dan kesenian rakyat serta upacara keagamaan seperti perayaan maulud, U'a pua serta prosesi pelantikan raja dan lain-lain merupakan obyek dan eventyang sangat menarik.
- Atraksi Gantao
Atraksi Gantao merupakan jenis tarian ini berasal dari Sulawesi Selatan dengan nama asli Kuntao. Namun di Bima diberi nama Gantao. Atraksi seni yang mirip pencak silat ini berkembang pesat sejak abad ke-16 Masehi. Karena pada saat itu hubungan antara kesultanan Bima dengan Gowa dan Makasar sangat erat. Atraksi ini dapat dikategorikan dalam seni Bela diri (silat), dan dalam setiap gerakan selalu mengikuti aturan musik tradisional Bima (Gendang, Gong, Tawa-tawa dan Sarone). Pada zaman dahulu setiap acara-acara di dalam lingkungan Istana Gantao selalu digelar dan menjadi ajang bertemunya para pendekar dari seluruh pelosok, hingga saat ini Gantao masih tetap lestari detengah-tengah masyarakat Bima dan selalu digelar pada acara sunatan maupun perkawinan).
- Tari Wura Bongi Monca
Tari Wura Bongi Monca ini biasanya digelar pada acara-acara penyabutan tamu baik secara formal maupun informal. Pada masa kesultanan tarian ini biasa digelar untuk menyambut tamu-tamu sultan. Tarian ini dimainkan oleh 4 sampai 6 remaja putri dalam alunan gerakan yang lemah lembut disertai senyuman sambil menabur beras kuning kearah tamu, Karena dalam falsafah masyarakat Bima tamu adalah raja dan dapat membawa rezeki bagi rakyat dan negeri.
- Tari Lenggo
Lenggo Mbojo juga disebut Lenggo Siwe. Jenis Tari Lenggo terdiri dua jenis, yaitu Tari Lenggo Melayu dan Lenggo Mbojo. Lenggo Melayu juga dalam bahasa Bima disebut Lenggo Mone karena dibawakan oleh 4 orang remaja pria.
Tarian Lenggo selalu dipertunjukkan pada saat Upacara Adat Hanta UA PUA terutama pada saat rombongan penghulu Melayu mamasuki pelataran Istana.
- Hadrah Rebana
Semua atraksi kesenian dan tari-tarian ini oleh Pemerintah Kota Bima selalu di gelar pada setiap perayaan hari-hari besar daerah, propinsi dan nasional bahkan untuk menyambut para tamu-tamu pemerintahan, wisatawan dan kegiatan-kegiatan ceremonial lainnya yang terpusat di Paruga Nae (tempat khusus pagelaran seni budaya dengan arsitektur khas tradisional rumah adat Bima).
Minuman Tradisianal Buah Lontar (Oi Ta’a)
Melintasi sepanjang jalan lintas Bima – Sape tepatnya di sebelah timur Terminal Kumbe Kota Bima, kita akan menemukan Kedai –kedai Oi Ta’a atau Air Lontar yang dijual warga di Oi Mbo Kelurahan Kumbe. Nama Oi Mbo tercatat dalam legenda Tanah Bima, nama kampung ini diberikan oleh Raja Indra Zamrut untuk mengenang adiknya Indra Komala yang telah memakjulkan diri disebuah mata air di ujung selatan kampung Oi Mbo, karena adanya perselisihan di antara keduanya yang disebabkan oleh Mata Pancing Indra Zamrut yang dihilangkan oleh Indra Komala. Nama Oi Mbo berasal dari Oi Mbora (air yang hilang) karena di mata air itulah Indra Komala menenggelamkan diri hingga menghilang.Waktu yang tepat untuk mengambil Air Lontar adalah pada pagi hari dan sore hari, sementara produksi air lontar yang melimpah di Oi Mbo ini berlangsung dari bulan April hingga Agustus. Meminum air lontar yang segar adalah pada saat baru di ambil dari pohonnya. Disamping airnya, lontar memiliki banyak manfaat antara lain daunnya dapat digunakan sebagai bahan pembuat rokok, bahan Topi dan payung (Paju Longge) dalam upacara-upacara adat Bima dan buah lontar sangat gurih untuk dimakan.
Makanan Khas (Wisata Kuliner Penaraga)
Kota Bima merupakan kota yang juga dikenal sebagai Kota Kuliner, Anda bisa menikmati berbagai jenis makanan baik tradisional maupun nasional karena di Kota Bima masyarakatnya terdiri dari berbagai suku dan etnik sehingga segala jenis makanan ada di Kota Bima seperti; Padang, Sulawesi, Jawa, Sumbawa dan Lombok.Disamping itu, Jajanan dan Kue yang merupakan produksi lokal yang dihasilkan oleh para ibu rumah tangga, industri rumah tangga maupun perusahaan-perusahaan kue lokal juga banyak ditemukan dengan berbagai rasa, bentuk dan nama. Salah satu tempat yang menjadi pusat jajanan dan kuliner tradisional di Kota Bima adalah Kelurahan Penaraga, di tempat ini kita bisa langsung melihat mulai dari proses pembuatan sampai jajanan itu siap untuk di makan atau dijual dan bahkan kita bisa langsung membeli dan menikmati jajanan dan makanan lainya yang ada di Penaraga.
Wisata Alam Kota Bima
- Pantai Lawata
Pantai Lawata merupakan salah satu tempat tujuan wisata utama bagi masyarakat Kota Bima. Di kawasan pantai ini pengunjung dapat menikmati gai beryang tersedia dan melakukan aktifitas seperti berenang. Pantai Lawata adalah berupa sebuah “tonjolan” ke teluk Bima.
Di Lawata terdapat sebuah bukit kecil yang memiliki beberapa buah gua kecil.Lawata memang sudah sejak dulu menjadi sebuah obyek wisata atau tempat piknik bagi masyarakat Bima. Lawata terletak hampir di luar kota Bima Pantainya bukanlah tempat yang bagus untuk bermain air, namun air (laut)nya bisa dibilang cukup jernih walaupun kadang berlumpur dan banyak batu-batu yang berserakan.
Karena sejarahnya, Lawata kemudian “dibangun”, dibuatkan banyak “cottage” yang berderet di sepanjang pantainya. Setiap cottage memiliki bagian “dalam” yang bisa digunakan untuk lesehan, bagian luar/depan yang bisa digunakan untuk memandang ke arah laut/teluk, dan tempat berbeque di sebelah luar/belakang. Tampaknya, setiap cottage cukup untuk sebuah keluarga atau rombongan yang lebih dari 10 orang.
- Pantai Amahami
Pantai Amahami juga merupakan tempat tujuan bagi masyarakat Kota Bima untuk berwisata. Kawasan pantai ini ramai terutama pada sore dan malam hari, dengan berbagai aktifitas yang ada seperti pedagang kaki lima. Pantai ini berdekatan dengan Pantai Lawata atau berada sebelum Pantai Lawata dari arah Terminal Dara. Selain pantai-pantai tersebut, di kawasan pesisir Teluk Bima masih terdapat obyek-obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi, seperti Pantai Ule dan Pantai So Ati. Perjalanan dari pusat kota dengan menggunakan sepeda motor paling tidak membutuhkan waktu maksimal 10 menit. Di lokasi tersebut sekarang banyak tersedia makanan dan minuman yang terseduia untuk pengunjung Pantai Amahami.
- Pantai Kalaki
Pantai Kalaki adalah pantai berpasir yang cukup landai, terletak di sebelah selatan kota Bima. Dari kota Bima, melewati Lawata menuju ke arah Lapangan Terbang Palibelo. Di Kalaki, pengunjung bisa bermain air laut yang dangkal, atau piknik sambil menikmati pemandangan laut teluk Bima. Pengunjung Pantai Kalaki umumnya berasal dari kota Bima dan dari kecamatan Woha dan Belo/Palibelo.
Pada waktu liburan seperti saat Aru Raja (Lebaran), pantai Kalaki ramai sekali. Para pedagang jauh-jauh hari sudah mendirikan tenda-tenda di pinggir jalan sepanjang pantai. Sebenarnya, pantai Kalaki tidaklah terlalu bagus. Pasirnya bercampur lumpur sehingga kalau dilalui akan menjadi keruh. Di samping itu terdapat banyak batu-batu yang cukup tajam jika diinjak, dan tentu sangat tidak nyaman karena bisa menyandung. Pantai juga terlalu landai sehingga untuk mendapatkan kedalaman yang cukup untuk berenang atau menyelam, pengunjung harus masuk jauh ke dalam laut.
Jika air laut surut, pemandangan menjadi tidak sedap lagi karena air menjadi sangat jauh ke dalam sementara daratan yang ditinggalkannya tampak penuh batu yang berserakan. Pemda Kabupaten Bima yang menjadi “pemilik” pantai Kalaki tampak sudah melakukan beberapa “pembangunan” di pantai tersebut, berupa beberapa shelter yang bisa digunakan oleh pengunjung untuk berteduh dan duduk-duduk.
Namun jumlahnya tentu tidak mencukupi saat pengunjung ramai seperti ketika Aru Raja. Pengunjung akhirnya menggelar tikar dan berkelompok di kebun orang di seberang pantai. Mereka umumnya mengadakan acara berbeque atau “bakar-bakar” di tempat itu. Biasanya, yang dibakar adalah ayam dan ikan laut.
Pantai Kalaki, sekali lagi, menjadi pilihan masyarakat untuk piknik karena tidak banyak pilihan yang lebih baik lagi. Pantai di teluk Waworada (sebelah timur Karumbu) yang lebih indah dengan view pantai selatan sangat jauh dan fasilitas jalan juga belum memadai. Dalam hal ini, Pemda Kabupaten Bima masih harus berperan lagi dalam menata obyek wisata yang dibutuhkan oleh masyarakat
Pantai Kolo merupakan salah satu pantai di Bima yang memiliki pemandangan alam yang indah. Sepanjang jalan menuju Kolo, anda akan menikmati pesona alam dengan aspal mulus menyisir sepanjang pantai. Sejak dari pendakian Ule ke utara, pesona alam bagian utara Kota Bima meninggalkan kesan. Sejauh mata memandang kearah barat, biru laut membentang memanjakan mata, dari bukit sebelah kanan jalur dan disebarang terdapat Pulau Kambing yang berdiri sendiri serta jejeran bukit dan pegunungan Soromandi serta Donggo yang begitu elok bagi siapapun penikmat alam pegunungan sekaligus laut dan pantai.
Pantai Ni'u merupakan pantai yang terletak di sisi timur Teluk Bima, di jalan lintas Bima-Sumbawa sekitar 3,5 km dari terminal Dara Kota Bima. Lokasinya yang berada di tepi jalan nasional ini menjadikan pantai ini mudah dijangkau oleh wisatawan. Obyek wisata ini cukup ramai dikunjungi wisatawan lokal, terutama pada hari-hari libur. Di kawasan ini terdapat gazebo-gazebo yang dibangun Pemerintah Kota Bima dan dapat dimanfaatkan pengunjung untuk menikmati panorama pantai kawasan ini.
Pantai Ule merupakan salah satu pantai di Bima yang letaknya disepanjang utara pelabuhan Bima. Untuk menuju ke pantai Ule hanya butuh waktu 5 menit dari Pusat Kota Bima. Jalan tembus tujuan Kolo yang sudah di aspal mulus membuat perjalanan ke Pantai Ule menjadi sangat mudah untuk dicapai.
- Pantai Kolo
Pantai Kolo merupakan salah satu pantai di Bima yang memiliki pemandangan alam yang indah. Sepanjang jalan menuju Kolo, anda akan menikmati pesona alam dengan aspal mulus menyisir sepanjang pantai. Sejak dari pendakian Ule ke utara, pesona alam bagian utara Kota Bima meninggalkan kesan. Sejauh mata memandang kearah barat, biru laut membentang memanjakan mata, dari bukit sebelah kanan jalur dan disebarang terdapat Pulau Kambing yang berdiri sendiri serta jejeran bukit dan pegunungan Soromandi serta Donggo yang begitu elok bagi siapapun penikmat alam pegunungan sekaligus laut dan pantai.
- Pantai Ni'u
Pantai Ni'u merupakan pantai yang terletak di sisi timur Teluk Bima, di jalan lintas Bima-Sumbawa sekitar 3,5 km dari terminal Dara Kota Bima. Lokasinya yang berada di tepi jalan nasional ini menjadikan pantai ini mudah dijangkau oleh wisatawan. Obyek wisata ini cukup ramai dikunjungi wisatawan lokal, terutama pada hari-hari libur. Di kawasan ini terdapat gazebo-gazebo yang dibangun Pemerintah Kota Bima dan dapat dimanfaatkan pengunjung untuk menikmati panorama pantai kawasan ini.
- Pantai Ule
Pantai Ule merupakan salah satu pantai di Bima yang letaknya disepanjang utara pelabuhan Bima. Untuk menuju ke pantai Ule hanya butuh waktu 5 menit dari Pusat Kota Bima. Jalan tembus tujuan Kolo yang sudah di aspal mulus membuat perjalanan ke Pantai Ule menjadi sangat mudah untuk dicapai.
Pesona Wisata Bima, Nusa Tenggara Barat
Reviewed by Silahkan Order
on
03.56
Rating:
Tidak ada komentar